Selasa, 11 Maret 2014

Saat Cinta menyapa

Masih ingatkah Engkau? Setangkai bunga edelweis dalam laptopmu membuka perkenalan kita berdua. Meski aku takpernah memandangi bahkan memegang bunga keabadian yang asli. Siang itu dimana ucapan kamu dan aku mulai terlontar dari bibir manismu, mengubur suasana hati yang keruh dengan cinta masa laluku. Engkau merubahnya menjadi taman bunga yang segar di tengah terik matahari yang menyilaukan.
Aku dan kamu, kata-kata yang sangat asing untuk kulontarkan dengan seseorang yang baru masuk dalam kehidupan. Tapi kamu berbeda, hingga kutahu TEH adalah seteguk minuman yang sangat engkau gandrungi. Sepeleh memang tapi….
Awalnya aku mengatakan janggan!, aku takut kata-kata terpesona itu keluat dari hati kecilku. Hingga kutakmampu membisikkan kata-kata suka atau terpesona akan dirimu. Dan malam itu setelahku menunggumu dalam pekatnya malam, Engkau mengatakan “Aku nggak begitu ngerti cinta, Apa ini rasanya?”. Seakan engaku berbohong padaku, seakan kau takpernah merasakan indah dan nesatapa kasmaran dengan baluatan suci Roman Picisan. Seketika itu, sepertihalnya hayal para pemimpi dalam surganya, menggapai asa dalam pekatnya dunia.
Hatiku berteriak kencang, menggema dengan kuatnya, merasuk dalam sukma. Tuksirami hatimu sebelum terkikis kering menghampiri, mewajibkan hati memberi seteguk obat kehampaan rasa yang belum didapatkan sebelumnya. siapakah yang telah menghisap cintamu dalam kebakhilan? Apa jadinya ketika kesunyian dalam senyap tersimpan secercah cahaya yang dibuka dan disambut dengan pemiliknya.
Bahkan ketika engkau mengatakan cinta adalah sesuatu yang rumit, engakau binggung saat sapaan kata cinta menyapa relung hati kecilmu Dan aku hanya bisa mengatakan “biarkan rasa itu tumbuh dan mati dengan sendirinya”. Engkau hanya menyisakan senyuman dalam kata cinta. Seketika kamu HACK hatiku seperti kamu meng-hacker-ku ditempat terindah.
Siksa jiwa dalam kekaguman, meyisakan harapan kosong. Dahaga kehausan dalam dimensi ruang dan waktu. Perlahan cahayanya memudar seiring berjalannya waktu, yang kuanggap menjanjikan keabadian sebelumnya. Telah sirna dalam diamku yang nyatanya tak mampu kugaungkan. Sampai detik inipun kuberharap agar bisa mengenalkan kata cinta dalam hatimu dengan setangkai edelweis yang aku pilih untuk kita dan seteguk TEH dalam kehangatan. Aku ingin engkau tetap menjaga bara api itu agar tetap menghangatkan kita. Berharap keabadian cinta kanbersemayam dalam satu perjanjian Agung.
Dan aku berharap di balik kesuksesanmu terdapat diriku yang selalu memberi inspirasi, memotivasi, penyayang, sabar, meneyenangkan pandangan dikala sedih dan menghangatkan ketika kedinginan.
My Lord, The owner of our soul, guide us. don't let him lay to me,,