Masih ingatkah Engkau?
Setangkai bunga edelweis dalam laptopmu membuka perkenalan kita berdua.
Meski aku takpernah memandangi bahkan memegang bunga keabadian yang asli. Siang itu dimana ucapan kamu dan aku mulai terlontar dari
bibir manismu, mengubur suasana hati yang keruh dengan cinta masa
laluku. Engkau merubahnya menjadi taman bunga yang segar di tengah terik
matahari yang menyilaukan.
Aku dan kamu,
kata-kata yang sangat asing untuk kulontarkan dengan seseorang yang baru
masuk dalam kehidupan. Tapi kamu berbeda, hingga kutahu TEH adalah
seteguk minuman yang sangat engkau gandrungi. Sepeleh memang tapi….
Awalnya aku mengatakan
janggan!, aku takut kata-kata terpesona itu keluat dari hati kecilku.
Hingga kutakmampu membisikkan kata-kata suka atau terpesona akan dirimu.
Dan malam itu setelahku menunggumu dalam pekatnya malam, Engkau
mengatakan “Aku nggak begitu ngerti cinta, Apa ini rasanya?”. Seakan
engaku berbohong padaku, seakan kau takpernah merasakan indah dan
nesatapa kasmaran dengan baluatan suci Roman Picisan. Seketika itu,
sepertihalnya hayal para pemimpi dalam surganya, menggapai asa dalam
pekatnya dunia.
Hatiku berteriak
kencang, menggema dengan kuatnya, merasuk dalam sukma. Tuksirami hatimu
sebelum terkikis kering menghampiri, mewajibkan hati memberi seteguk
obat kehampaan rasa yang belum didapatkan sebelumnya. siapakah
yang telah menghisap cintamu dalam kebakhilan? Apa jadinya ketika
kesunyian dalam senyap tersimpan secercah cahaya yang dibuka dan
disambut dengan pemiliknya.
Bahkan ketika engkau
mengatakan cinta adalah sesuatu yang rumit, engakau binggung saat sapaan
kata cinta menyapa relung hati kecilmu Dan aku hanya bisa mengatakan
“biarkan rasa itu tumbuh dan mati dengan sendirinya”. Engkau hanya
menyisakan senyuman dalam kata cinta. Seketika kamu HACK hatiku seperti kamu meng-hacker-ku ditempat terindah.
Siksa jiwa dalam
kekaguman, meyisakan harapan kosong. Dahaga kehausan dalam dimensi ruang
dan waktu. Perlahan cahayanya memudar seiring berjalannya waktu, yang
kuanggap menjanjikan keabadian sebelumnya. Telah sirna dalam diamku yang
nyatanya tak mampu kugaungkan. Sampai detik inipun kuberharap agar bisa
mengenalkan kata cinta dalam hatimu dengan setangkai edelweis yang aku
pilih untuk kita dan seteguk TEH dalam kehangatan. Aku ingin engkau
tetap menjaga bara api itu agar tetap menghangatkan kita. Berharap keabadian cinta kanbersemayam dalam satu perjanjian Agung.
Dan aku berharap di
balik kesuksesanmu terdapat diriku yang selalu memberi inspirasi,
memotivasi, penyayang, sabar, meneyenangkan pandangan dikala sedih dan
menghangatkan ketika kedinginan.
My Lord, The owner of our soul, guide us. don't let him lay to me,,