Mari sejenak duduk bersamaku. Tak perlu
memejamkan mata dan terlalu serius, cukup dengarkan aku. Ah mungkin cerita ini
sangat basi, tetaplah bersamaku bersabarlah, dengarkan ceritaku sejenak.
Wisuda satu
kata yang mungkin dinanti oleh sebagian orang, tidak terkecuali gadis desa ini.
Inginku menceritakan sedikit kisah tentangnya. Maka dengarkan aku! wisuda di
depan mata September menanti tidak disangka selain dia menginginkan kakek nenek
untuk menghadiri wisudanya, ternyata dia menginginkan seseorang yang sangat dia
kagumi untuk datang ke acara tersebut.
Dia yang
dikaguminya dari jauh, dia yang sangat melankolis, dia yang romantic, pendiam
tak banyak bicara, dia yang hanya sekali dilihat biji matanya oleh si gadis,
berkata seperlunya. Belakangan sepit kekaguman makin memuncak, kekagumannya
dirangsang oleh pertemuan2 yang menjadikan sang lelaki melambung jauh kelangit
keindahan. Awasome, kata untuknya.
Gadis itupun
berucap dalam hati, seranya membisikkan pada realita “Datanglah di hari itu, aku
ingin mengabadikan satu moment denganmu.” Dia mencoba menyembunyikan sirat
kekaguman akan sosok eksotis dihadapannya, yang mungkin takkan terjamah olehnya.
Belakangan impian
untuk mengundang si doi makin terasa di hati. Dia membeli sebuah dasi berwarna
biru dongker, dia tau si doi tidak akan pernah datang, si doi juga tidak akan
pernah tahu harapan si gadis. “Sudahlah!” lupakan saja pikirnya. Dilihatnya
dasi biru dongker bergaris miring putih ada titik2 kuning yang elegan di
bawahnya, ya itu memang hanya sebuah dasi, jangan Tanya harga karena sangat
setandat dengan kantongnya. Dan mungkin juga gadis itu tak akan pernah
memberikan dasi itu pada si doi untuk hadir memenuhi undangan wisuda sang gadis
ataupun kado perpisahan untuk si doi. Oh Dear!
Malam itu dia
terduduk mematung memandangi sebuah kotak kecil berisi sebuah dasi biru dongker
di sudut kamar, membuka menutup kotak berulangkali sesekali menjulurkan dasi di
dalamnya. Dia tak biasanya bisa menangkap wajah sang doi dalam gambaran
benaknya (ketika dia mengagumi seseorang takkan pernah bisa dia menghafal
wajahnya), jangan berharap pada foto2 jejaring sosialnya karena si doi tak
memampangnya. Sekelebat dalam bayangannya si doi tampak indah dengan dasi
tersebut.
Perlahan sang
gadis kisut, menciut. ”Jika saja aku tak takut pada Tuhanku dan tak mempunyai
malu yang teramat sangat, aku pasti akan memintanya datang di September ini,
melihatnya memakai sepotong dasi yang menurutku sangat suitable dan berdiri
tepat di sampingku.”
Bagaimana?
engkau masih mau duduk bersamaku, mendengarkan terjemahan kata hati yang
mencoba menguatkan diri dalam kerapuhan.
Sebuah kotak
persegi panjang berisi dasi biru dongker mungkin akan menghiasi sudut
almarinya, dia berazzam untuk menyimpannya dan memberikan pada orang yang tepat.
Mungkin itu bukan si doi tapi seseorang lain yang sekarang berada dalam
konfirmasi Allah untuknya. Maka cukup Allah sajalah yang memberi segala
permintaan hati, ridhonya akan menghasilkan sesuatu yang dinanti bukan hanya
sekedar cocok di hati.
The blue tie,
may be he’ll never use it. But she hope,she’ll give it for suitable person in
her live. She knew that one of her friends so exaited with him, so keep calm
and don’t do anythink which make their frenship be broken. The poin is, she
wanna keep her heart and the syari’ah.
God you must
be seen, that she wanna be better from befor. Just for you…