Sabtu, 02 Agustus 2014

The Blue Tie





 Mari sejenak duduk bersamaku. Tak perlu memejamkan mata dan terlalu serius, cukup dengarkan aku. Ah mungkin cerita ini sangat basi, tetaplah bersamaku bersabarlah, dengarkan ceritaku sejenak.
Wisuda satu kata yang mungkin dinanti oleh sebagian orang, tidak terkecuali gadis desa ini. Inginku menceritakan sedikit kisah tentangnya. Maka dengarkan aku! wisuda di depan mata September menanti tidak disangka selain dia menginginkan kakek nenek untuk menghadiri wisudanya, ternyata dia menginginkan seseorang yang sangat dia kagumi untuk datang ke acara tersebut.
Dia yang dikaguminya dari jauh, dia yang sangat melankolis, dia yang romantic, pendiam tak banyak bicara, dia yang hanya sekali dilihat biji matanya oleh si gadis, berkata seperlunya. Belakangan sepit kekaguman makin memuncak, kekagumannya dirangsang oleh pertemuan2 yang menjadikan sang lelaki melambung jauh kelangit keindahan. Awasome, kata untuknya.
Gadis itupun berucap dalam hati, seranya membisikkan pada realita “Datanglah di hari itu, aku ingin mengabadikan satu moment denganmu.” Dia mencoba menyembunyikan sirat kekaguman akan sosok eksotis dihadapannya, yang mungkin takkan terjamah olehnya.
Belakangan impian untuk mengundang si doi makin terasa di hati. Dia membeli sebuah dasi berwarna biru dongker, dia tau si doi tidak akan pernah datang, si doi juga tidak akan pernah tahu harapan si gadis. “Sudahlah!” lupakan saja pikirnya. Dilihatnya dasi biru dongker bergaris miring putih ada titik2 kuning yang elegan di bawahnya, ya itu memang hanya sebuah dasi, jangan Tanya harga karena sangat setandat dengan kantongnya. Dan mungkin juga gadis itu tak akan pernah memberikan dasi itu pada si doi untuk hadir memenuhi undangan wisuda sang gadis ataupun kado perpisahan untuk si doi. Oh Dear!
Malam itu dia terduduk mematung memandangi sebuah kotak kecil berisi sebuah dasi biru dongker di sudut kamar, membuka menutup kotak berulangkali sesekali menjulurkan dasi di dalamnya. Dia tak biasanya bisa menangkap wajah sang doi dalam gambaran benaknya (ketika dia mengagumi seseorang takkan pernah bisa dia menghafal wajahnya), jangan berharap pada foto2 jejaring sosialnya karena si doi tak memampangnya. Sekelebat dalam bayangannya si doi tampak indah dengan dasi tersebut.
Perlahan sang gadis kisut, menciut. ”Jika saja aku tak takut pada Tuhanku dan tak mempunyai malu yang teramat sangat, aku pasti akan memintanya datang di September ini, melihatnya memakai sepotong dasi yang menurutku sangat suitable dan berdiri tepat di sampingku.”
Bagaimana? engkau masih mau duduk bersamaku, mendengarkan terjemahan kata hati yang mencoba menguatkan diri dalam kerapuhan.
Sebuah kotak persegi panjang berisi dasi biru dongker mungkin akan menghiasi sudut almarinya, dia berazzam untuk menyimpannya dan memberikan pada orang yang tepat. Mungkin itu bukan si doi tapi seseorang lain yang sekarang berada dalam konfirmasi Allah untuknya. Maka cukup Allah sajalah yang memberi segala permintaan hati, ridhonya akan menghasilkan sesuatu yang dinanti bukan hanya sekedar cocok di hati.
The blue tie, may be he’ll never use it. But she hope,she’ll give it for suitable person in her live. She knew that one of her friends so exaited with him, so keep calm and don’t do anythink which make their frenship be broken. The poin is, she wanna keep her heart and the syari’ah.
God you must be seen, that she wanna be better from befor. Just for you…