Jumat, 04 April 2014

Bukan lagi Belanda tapi Amerika, yang menjajah Indonesia.



Buku yang meroket akhir - akhir ini sob, tapi salah satu buku karangan William Blum yang sudah di terjemahkan ke Bahasa Indonesia dengan judul “Demokrasi : Ekspor Amerika paling mematikan” yang mengungkap demokrasi itu sendiri.
Bro n sis kita tahu sama tahu, apa itu? kalo Indonesia negara kaya raya longjinawi, but sejak belanda sampai sekarang penderitaan makin mendera kencang. Ada yang bilang “Enakan dulu ya waktunya pak Harto kita nggak kesusahan kayak gini” Hm, perlu dikupas rupas rupanya Rezim diktator Soeharto.
Campur tangan Amerika ada di balik soeharto, berawal dari KMB alias Konfrensi Meja Bundar di Den Hag, Belanda 1949. Saat itu pula awal mula Amerika menancapkan kukunya “yang kotor itu” ke Indonesia. Berawal dari i’tikad jelek Belanda yang terselubung, belanda akan mengakui kedaulatan Indonesia dengan 3 syarat.
1.     Indonesia harus mempertahankan keberadaan perusahaan asing, kebanyakan dimiliki Amerika
2.     Indonesia harus mengakui IMF, Amerika sebagai pemegang saham tertinggi
3.     Indonesia harus bersedia menerima hutang Hindia Belanda
Ini sob awalmula perpindahan tampuk penjajahan ke tangan kotor Amerika.

Pemimpin kita bagai boneka yang diam saja ketika dimainkan dengan lincahnya, rekayasapun dilakukan demi kepentingan modal internasional. Tidak lain tidak bukan lengsernya soekarno dan naiknya soeharto. Peralihan yang tidak normal dari mulai kudeta hingga rekayasa multinasional, yang dibelakangnya di bakcing oleh korporasi.

Setelah soeharto naik, Amerika mendiktenya agar membuat UU yang menurut Amerika di butuhkannya, Hm kuku kotornya makin menancap di Indonesia. Keterlibatan asing dalam segala lini dari atas kebawah, kucuran UTANG besar- besaran terjadi pada transisi kepala negara ini. Indonesia yang kaya terbenam dan terhimpit dalam hutang  akhirnya sulit membayar. Tergabungnya Indonesia dalam IMF, Word Bank. WOW tambah nangis darah!

Tapi masyarakat banyak yang senang era soeharto meski diktator, soalnya bahan-bahan apalagi bahan pokok murah. Yah bisa di pikir saja  kalau seandainya awalmula ngutang pastikan belum ngerasakan membayar utang, tapi setelah 84-an mulai tuh bangsa Indonesia merasakan manisnya terbelit, tercekik hutang. Kalo di hitung-hitungpun kita udah lebih bayar utang ke World Bank malah kita sodakoh besar-besaran. Hem apa kita mau melanjutkan sistem demokrasi sekuler yang mencekik ini?? saatnya ganti pada syariat ilahi.

NB: sekapable apapun pemimpin di Indonesia jika nggak sesuwaiy dengan keinginan Amerika jangan bermimpi untuk jadi Presiden. Itulah gambaran demokrasi yang rusak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar