Buku yang
meroket akhir - akhir ini sob, tapi salah satu buku karangan William Blum yang
sudah di terjemahkan ke Bahasa Indonesia dengan judul “Demokrasi : Ekspor Amerika
paling mematikan” yang mengungkap demokrasi itu sendiri.
Bro n sis kita
tahu sama tahu, apa itu? kalo Indonesia negara kaya raya longjinawi, but sejak
belanda sampai sekarang penderitaan makin mendera kencang. Ada yang bilang
“Enakan dulu ya waktunya pak Harto kita nggak kesusahan kayak gini” Hm, perlu
dikupas rupas rupanya Rezim diktator Soeharto.
Campur tangan
Amerika ada di balik soeharto, berawal dari KMB alias Konfrensi Meja Bundar di
Den Hag, Belanda 1949. Saat itu pula awal mula Amerika menancapkan kukunya
“yang kotor itu” ke Indonesia. Berawal dari i’tikad jelek Belanda yang
terselubung, belanda akan mengakui kedaulatan Indonesia dengan 3 syarat.
1. Indonesia harus mempertahankan keberadaan perusahaan asing,
kebanyakan dimiliki Amerika
2. Indonesia harus mengakui IMF, Amerika sebagai pemegang saham
tertinggi
3. Indonesia harus bersedia menerima hutang Hindia Belanda
Ini
sob awalmula perpindahan tampuk penjajahan ke tangan kotor Amerika.
Pemimpin
kita bagai boneka yang diam saja ketika dimainkan dengan lincahnya, rekayasapun
dilakukan demi kepentingan modal internasional. Tidak lain tidak bukan
lengsernya soekarno dan naiknya soeharto. Peralihan yang tidak normal dari
mulai kudeta hingga rekayasa multinasional, yang dibelakangnya di bakcing oleh
korporasi.
Setelah
soeharto naik, Amerika mendiktenya agar membuat UU yang menurut Amerika di
butuhkannya, Hm kuku kotornya makin menancap di Indonesia. Keterlibatan asing
dalam segala lini dari atas kebawah, kucuran UTANG besar- besaran terjadi pada
transisi kepala negara ini. Indonesia yang kaya terbenam dan terhimpit dalam
hutang akhirnya sulit membayar.
Tergabungnya Indonesia dalam IMF, Word Bank. WOW tambah nangis darah!
Tapi
masyarakat banyak yang senang era soeharto meski diktator, soalnya bahan-bahan
apalagi bahan pokok murah. Yah bisa di pikir saja kalau seandainya awalmula ngutang pastikan
belum ngerasakan membayar utang, tapi setelah 84-an mulai tuh bangsa Indonesia merasakan
manisnya terbelit, tercekik hutang. Kalo di hitung-hitungpun kita udah lebih
bayar utang ke World Bank malah kita sodakoh besar-besaran. Hem apa kita mau
melanjutkan sistem demokrasi sekuler yang mencekik ini?? saatnya ganti pada
syariat ilahi.
NB:
sekapable apapun pemimpin di Indonesia jika nggak sesuwaiy dengan keinginan
Amerika jangan bermimpi untuk jadi Presiden. Itulah gambaran demokrasi yang
rusak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar