Pagi
ini udara yang dingin sekaligus sejuk menusuk tulang-tulang kami, maklum
kemarin kami baru saja datang dari kota lumpur yang panas dan kembali ke
kampung halaman adalah sesuatu yang di rindukan. Di kota jarang sekali melihat
pohon yang begitu hijau, taman kota juga tidak menjamin, jarang adanya.
Embun
pagi yang masih menempel segar adalah pemandangan indah yang kami dapati di
waktu pagi. Harum pohon cemara di samping rumah masih terasa segar. Maklum saja
rumah kami tepat di lereng gunung. Subahanallah
Seketika
itu terbesit dalam benak saya apa yang guru saya dulu bilang di kelas, kenapa
Indonesia ini dinamai surganya dunia. Karena
sebenarnya tidak ada orang yang tidak suka dengan warna hijau, dan warna
hijau itu identik dengan warna-warna surga. Sedang Negara yang paling banyak
hutan dan tumbuhan-tumbuhan hijau adalah Indonesia jadi wajar kalau Indonesia
sendiri di sebut surganya dunia.
Selain
surga dunia dalam hal warna Indonesia juga kaya akan SDAnya yang lain, sebut saja
yang paling terkenal freepot di irian jaya, cepu, kekayaan bahari yang luar
biasa bengan jumlah ikannya saja yang lebih dari 1000 jenis.keragaman bahasa,
budaya dan kaya juga akan orang-orang kreatif pembangun bangsa.
Pertannyaannya
sekarang, dimana mereka semua, kekayaan alam yang seakan tidak ada
habisnya tersebut? Melihat ke kanan kiri
jalan terasa miris, banyak anak jalanan, ibu-ibu pengemis, ketika melihat
berita di tivi kriminalitas makin membuncah, sementara dari berita para artis
dan anggota dewan serta beberapa kalangan atas memamerkan hartannya.
Kesenjangan sosial yang begitu terlihat
“jomplang”. Lalu di mana peran Negara dan DPR yang katanya wakil rakyat.
Eksploitasi besar besaran oleh asing Negara membiarkannya. Indonesia ibarat
tikus yang mati di lumbung padi dengan keadaan yang seperti ini.
Peran
Negara di rajai oleh segelintir orang, yang OK makin OK yang KO makin KO. Ini
adalah bukti nyata bahwa sisem yang di adopsi Indonesia, yang di pakai sekarang
“kaitalisme, sekuler” dan anakannya demokrasi tidak mampu memberi kesejahteraan.
Penyelesaian yang ada parsial ibarat sebuah pohon mereka hanya mengurusi daun
yang menguning, ranting yang mulai kering dengan menggunting atau memotong
mereka tanpa tahu akarrya sudah keropos dan di makan ulat.
Intinya
system ini harus di ganti dengan system yang jauh lebih baik, yaitu system dari
sang pencipta yang sudah di contohkan oleh rosulullah, karenanya memang
terbukti bahwa system Negara yang di bawah rasulullah memberi kesejah teraan
pada umat manusia, meski Negara yang di dirikan rasulullah telah runtuh tetapi
masa pemerintahannya bertahan higga 1400 tahun. Ketika runtuhpun bukan
sistemnya yang salah tapi para penggembannya yang nyeleweng dan beberapa factor
seperti penghianatan dan penjajahan dari barat.
Beda
dengan demokrasi yang dari akarnya sudah rusak, karena system yang ada adalah
buatan manusia, sedang hukum yang ada adalah buatan manusia yang mereka sok bis
mengerti kebutuhan semua manusia. So efeknya makin nggak karuan seperti yang
kita rasakan saat ini. Jika kita inggin kembali merasakan nikmatnya surge
Indonesia kita harus menerapkan system yang rasul contohkan berupa Negara islam
karena di sanalah ada sesuatu yang kita sebut dengan keejah teraan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar