Berdialog
Dengan Satu Detik,
Detik
demi detik dilaluinya, tibalah di rentan usia yang telah di lalui seseorang menyesal,
dan menghadapkan hatinya kepada Allah seraya memanggil satu detik yang telah di
laluinya. Bak detik seperti seseorang yang bisa diajak bicara.
J:
Aku berharap agar engkau mau kembali kepadaku, supaya aku dapat menggunakanmu
untuk berbuet kebajikan.
D:
sesungguhnya tidak ada waktu yang sudi untuk berkompromi dan berhenti
J:
wahai detik.... aku memohon,kembalilah kepedaku agar aku dapat memanfaatkanmu
dan mengisi kekuranganku pada dirimu.
D:
bagaimana aku dapat kembali kepadamu padahal aku telah tertutup oleh
perbuatanmu?
J:
coba lakukan hal yang mustahil itu dan kembalilah kepadaku! Betapa banyak detik
selain dirimu yang aku sia-siakan?
D:
seandainya kekuasaan ada di tanganku, pastilah aku kembali ke padamu, namun
tiada kehidupan bagiku. Dan itu terlipat oleh lembaran-lembaran amalmu yang di
serahkan pada Allah.
J:
apakah mustahil jika engkau kembali kepadaku sedang engkau sekarang berbicara
denganku?
D:
sesungguhnnya detik-detik dalam kehidupan manusia ada yang dapat menjadi kawan
dan lawan. Aku termasuk menjadi detik sebagai lawan untukmu dan akn bersaksi
atasmu pada hari kiamat nanti. Mungkinkah akan bertemu dua orang yang saling
bermusuhan?
J:
alangkah menyesalnya aku. Betapa sering ku si-siakan detik –detik dalam
perjalanan hidupku! Kumohon sekali lagi kembalilah kepadaku karena aku akn
beramal baik di dalammu yang pernah ku tinggalkan.
Maka detik itupun terdiam, tidak mengeluarkan
sepatah katapun.lantas dia memanggilnya..
J:
wahai detik, tidakkah engkau dengar panggilanku? Kumohon jawablah....
D:
wahai orang yang lalai akan dirinya, wahai orang-orang yang menyia-nyiakan
waktunya, tahukah engkau, saat ini demi menggembalikan satu detik saja, sungguh
engkau telahmenyia-nyiakan beberapa detik dari umurmu. Mungkin engkau dapat
mengembalikan mereka pula. Namun aku hanya berpesan kepadamu. “sesungguhnya
segala perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) segala perbuatan buruk”
“Sebagian orang ada yang lupa makna hidupnya. Semua yang di
kerjakan hanyalah membawa kesia-siaan semata, waktu sering terbuang dan
tercecer dengan percuma namun kita biasanya tersentak dari khayalan yang
panjang” Shilah bin Asyam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar