Saat
pertama ku katakan alangkah baiknya kita menjauh, sungguh kata-kata yang
membuat kita berdua sakit, bukan ku tak percaya lagi ketika engkau jauh dariku.
Tapi hal ini untuk menjaga kita berdua, aku pernah berpikir alangkah baiknya
jikalau engkau tetap di sini bersamaku. Tapi pendidikanmu juga jauh lebih
penting.
Kita
tahu, kita paham bahwa “berdekatan tanpa setatus yang jelas” itu rawan.
Pejagaanmu terhadapku adalah jauhnya dirimu dariku. Kita tahu dan mencoba
memahami apa itu syara’ dan syariat. Ketika seseorang paham syariat dan dia
tetap melawannya, menentangnya, menabrakkan dirinya yang terjadi adalah
kegundahan dalam ririnya, sakit, adanya rasa was-was, ketar-ketir. Karena hal
itu jauh dari apa yang mereka pahami.
Aku
masih berharap kepulanganmu untuk bulan ini yang hanya tersisa beberapa hari
lagi. Tak ada kata terindah yang mampu ku ucapkan kecuali terimakasih dan
kembalilah secepatnya. Bawa aku ketempat terindah yang pernah engkau janjikan.
Aku masih menginggat jelas kata-katamu ketika malam sebelum aku mengucapkan
kata2 yang menjauhkan kita berdua. ketika nanti engkau kembali ku masih ingin
pergi kesana dan merealisasikan mimpi kita berdua.
Aku
tahu betapa kagetnya dirimu, aku juga baru mengatakan pada diriku sendiri kalau
aku bisa, bisa jauh darimu. Dengan keterpaksaan tentunya. Tidak mudah tapi
bisa. Tahun ini adalah tahun dimana mimpi2 besar kita akan terealisasi, jemput
aku kembali.
Guys,
Perlu kita ketahui bahwa dalam diri manusia terdapat apa yang di sebut dengan
gharizah. Gharizah itu sendiri terbagi atas 3 yaitu:
1.
Garizah baqa’ (mempertahankan
diri)
2.
Gharizah nau’ (cinta dan kasih
sayang)
3.
Gharizah tadayyun (beragama)
Semua gharizah ini
bernilai 100% persen. Prosentasenya bisa berubah ubah-ubah sesuai keadaan, bisa
tinggi bisa juga rendah umpamanya kalau gharizah baqa’ kita 40% bisa jadi 2
gharizah yang lain 30%. Dan biyasanya kalau kawula muda yang meledup-ledup
adalah gharizah nau’nya, dan hal itu (gaharizah) akan bisa timbul ketika ada
rangsangan dari luar.
Example :1.
Terkadang kita memang ada naluri mempertahankan eksistensi, mungkin yang tidak
begitu suka kucing dia akan menjauhinya sejaun jauhnya agar tidak di cakar
olehnya.
2. Kalau ada seseorang yang menarik hati,
pasti secara langsung atau tidak langsung. Kita ingin berdekatan dengannya.
Menjalin hubungan yang “lebih dekat”.
3.
mentakdiskan sesuatu adalah hal yang
sudah tobii bagi manusia, meskipun dia ateis karena pada dasarnya mereka juga
menuhankan otak2 dan pemikiran mereka.
naluri-naluri ini jika tidak di penuhi
seseorang tersebut tidak akan mati, hanya ada rasa gelisah saja dalam diri
mereka. Lain halnya dengan hadjatul udwiyah berupa kebutuhan seperti
makan,minum, tidur. Karena hal ini datang dari dalam diri seseorang itu
sendiri. Tanpa di rangsangpun kalau kita lapar secara otomatis kita akan makan.
Gharizah memang berbeda dengan hadjatul
udwiyah, jadi ketika kita belom siap nikah, jangan pacaran dulu sob, kita
takorrub ilallah yang banyak (bukan berarti setelah nikah jauh ma Allah), puasa
memperbannyak amal sholeh maka gharizah nau’ pun akan merendah dan mulai
meninggilah gharizah tadayyun kita. Tapi jika kalian emang udah siap nikah
nggak ada salahnya juga. Toh itu penyempurnaan terhadap agama. Dan jangan
berdalih ta’aruf, karena banyak juga yang ngomong ta’aruf yang aslinya pacaran
berkedok ta’aruf. ^_^
Biarkan rasa itu mekar dan layu dengan
sendirinya, jaga hatimu kawan...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar